Dengan kelincahan manuvernya, pesawat yang dijuluki “Cocor Merah” ini banyak membantu gerakan pasukan darat dan laut dalam berbagai operasi. Salah satunya di Sumatera tahun 1955 dalam penumpasan PRRI. Operasi lainnya meliputi Operasi Sapta Marga di Medan tahun 1958. Lanjut pada 17 Maret 1958, P-51D melaksanakan serbuan terhadap kedudukan PRRI. Dilanjutkan operasi untuk membebaskan Kota Pekanbaru dan Padang. Kala itu AURI menyiapkan hingga 40 pesawat yang merupakan hampir seluruh kekuatan yang ada dan dipusatkan di Tanjung Pinang.
Karena ketika itu terjadi dua trouble spot di Sumatera dan Manado, setelah menyelesaikan misi di Padang, Mustang segera dikirim ke Ambon untuk memukul gerakan Permesta di Manado. Diberi nama Operasi Merdeka, AURI bergerak cepat membungkam radio Permesta di Manado, merebut keunggulan udara di Mapanget, Tasuka, Morotai, Jailolo. Ketika itu kemampuan pilot-pilot AURI sungguh mengagumkan dengan dimotori oleh Loe Watimena, seorang pilot legendaris dalam sejarah TNI-AU.
Tak Lama istirahat setelah habis-habisan di Manado, pecah lagi konflik di Irian Barat dengan Belanda. Presiden Soekarno pun meneriakkan kampanye melawan Belanda yang kemudian dinamai Operasi Trikora dalam rangka membebaskan Irian barat dari cengkeraman Belanda. Dalam operasi ini disiapkan tujuh P-51D sebagai unsur serang.
Dalam perkembangannya ketika AURI mulai memasuki era jet, keberadaan Mustang di Halim mulai dipersiapkan untuk dipindahkan. Tepatnya pada Juli 1962, Skadron 3 dipindah ke Lanud Abdulrahman Saleh Malang. Seiring waktu, tingkat kesiapan Mustang pun mulai menurun. Sebagian besar disebabkan oleh musibah yang dialami di medan tugas dan kecelakaan dalam latihan. Sampai akhirnya Mustang harus mengakhiri masa pengabdiannya di AURI pada tahun 1975, dan posisinya di skadron digantikan oleh OV-10 Bronco.
Kit Tamiya 1/48 F-51D Mustang