Sunday, December 18, 2011

The Dambusters

The No. 617 Squadron was the most famous squadron in the Royal Air Force in the Second World War, and not without reason. Under the command of ace fighter pilot, Wing Commander Guy Gibson, they were involved in one of the most interesting assaults in aircraft history. This was a special, highly secret mission codenamed Operation Chastise, meant to breach three of the most important German dams that held back more than 300 million tons of water vital for Germany’s industries. These dams were the Möhne, the Eder and the Sorpe, and they had heavy anti-aircraft defenses in place. To make a successful assault, the RAF bombers would have to avoid the anti-aircraft fire at all costs. The approach that was planned was ingenious and the amount of brain storming that went into was phenomenal.


The bombers would be heading for the dams, while keeping very, very low, almost skimming over the water surface. This would ensure that all anti-aircraft fire would go over them leaving them unharmed. The bomb that was to be utilized was a special spinning bomb which would bounce over the water surface much like stone-skipping. Before releasing the bomb it would be spun up to speeds of 500 rpm in the bomb bay, so that when it hit the water it would skip across the surface rather than sink. The crew had to release the bomb while flying exactly at 345 km/h, exactly 18.3 meters (that’s 60 feet ) above the water surface. Moreover, the bomb had to touch the water surface at precisely 388 meters from the dam wall with no more than 6% deviation.


The aircraft that was chosen was none other than the legendary Lancaster, one of the prized bombers in the RAF inventory. Nineteen of them took off with 133 crew members on board, and successfully breached the Möhne, and the Eder. However the attack on the Sorpe and the Schwelme dams failed owing to technical difficulties. It wasn’t that the Lancasters suffered no damage. One of the Lancasters even hit the sea, owing to it flying too low. Out of the 19 Lancasters that went on the mission, eight of them and 56 crew members failed to return. Five of those eight were shot down en route, or crashed, two were destroyed during the assault, one was shot down on the way back and two more were so badly damaged that they had to abandon the mission. However, most of what the intent was, had been achieved. Severe flooding occurred where the Möhne Dam was breached and electricity and railways were disrupted. Similar flooding and power disruption happened where the Eder broke as well. The Germans however were surprisingly quick with the repair works and 20000 men who were working on the Atlantic Wall were moved to repair the breached dams.


The No. 617 Squadron thus went into the history books as the legendary Dambusters. Gibson was given the Victoria Cross for his brilliant leadership and became a National hero. Unfortunately, he did not survive the war, and was killed in a De Havilland Mosquito on another bombing raid.

Su-27 Flanker TNI AU TS-2701

Projek saya kali ini adalah Su-27 Flanker marking TNI AU nomor ekor TS-2701. Projek ini bermula ketika saya sedang browsing di www.hannants.co.uk menemukan decal Su-27 keluaran Hi-Decal skala 1/48, segera saya pesan itu order dekal tersebut. Untuk kitnya saya masih mencari dan memikirkan opsi pembeliannya. Kalo merk kitnya pasti Academy, dari beberapa sumber, kit dari Academy 1/48 ini yang paling mendekati. Akhirnya kit saya peroleh dari forum di Kaskus, ini linknya (www.kaskus.us/showthread.php?t=2235039). Selain kit saya dapat bonus decal untuk TNI AU, tapi sayang setelah saya terima ternyata dekalnya sudah rusak (nempel di kertas minyak pelindungnya).

Academy 1/48 Su-27 ini merupakan salah satu kit Flanker terbaik. Baik secara akurasi maupun dari segi detil, panel line recesed dan detil rivet yang cukup bagus. Dalam box bawaan sudah tersedia multi material paqrt termasuk PE set untuk kokpit, wheel well dan beberapa bagian lainnya, ban dari karet sintetik warna hitam (menurut saya harus di cat lagi karena warna asli terlalu glos). Kit ini dapat dipajang/pose dalam berbagai posisi manuver, dengan part flap, vertical stabilisator, horisontal stabilisator, air brake, kanopi, leading edge flap yang dapat disesuaikan dengan posisi pose. Satu lagi, cetakan sayap yang menyatu dengan body membuat kita tidak repot untuk memastikan akurasi pemasangan. Di bagian kokpit untuk yang menyukai akurasi, Academy kurang memberikan yang terbaik, kursi lontar versi K-36 nya sama sekali tidak akurat (baik bentuk maupun ukurannya), dari sisi kokpit cukup ok meskipun detil masih banyak yang tidak akurat. Selebihnya cukup akurat.

Seperti biasa perakitan dimulai dari kokpit, dengan apa yang tersedia dalam box, kokpit saya tampilkan sebisa saya (I do my best). Kurangnya referensi warna kokpit, saya putuskan pakai warna light blue sesuai manual. Begitu pula dengan landing gear depan dan belakang dengan warna yang sama pula. Belakangan baru nyadar kalo warnanya sama dengan body bawah (karena sudah terlanjur jadi maka saya abaikan).

Tahap berikutnya merakit bagian badan pesawat yang terdiri dari dua part atas dan bawah, proses penyatuan ini memerlukan banyak dempul di persambungannya. Terutama di sekitar belakang hidung harus serapi mungkin, karena bagian ini nantinya banyak terekspose. Lanjut dengan pemasangan flap, vertical stabilisator, horisontal stabilisator, air brake, leading edge flap ke posisinya.

Sampai proses perakitan ini, kit sempat terbengkalai hampir 2 minggu karena kurangnya semangat. Setelah terkumpul semangat, proses lanjut ke pengecatan. Dua warna camo abu-abu saya campur/kombinasi dari 3 warna tamiya aklirik Light Grey, Sky Grey, Dark Grey dan Flat White. Cat untuk kamuflase diaplikasikan/diairbrush dengan menggunakan bantuan blue tac. Warna yang lebih gelap saya semprot dulu (karena lebih sedikit bidang yang ditutup), disusul warna camo yang lebih muda untuk camo atas dan seluruh badan bawah. Mesin dan nosel saya cat dengan enamel chrome silver dan gun metal (memanfaatkan persediaan yang ada).

Cat aklirik pada umumnya mempunyai butiran yang cukup besar, begitu pula cat yang saya gunakan ini, maka untuk memperhalus saya gosok permukaan pesawat dengan kain bekas secara perlahan. Hasilnya bila diraba lebih halus dan kelihatan lebih realistis warnanya. Selanjutnya permukaan dihaluskan lagi dengan sand paper grid 2000 dan hasilnya permukaan lebih mulus lagi dan kelihatan lebih bagus lagi warnanya (tetapi gosoknya harus hati-hati, bila terlalu kasar cat bisa ikut tergosok). Dari hasil penghalusan tadi, permukaan terlihat lebih glos (dengan cat flat) dan sangat halus, diharapkan pada saat tempel decal tidak silvering.

Kit saya kali ini tidak diwhasing (menegaskan panel line), karena dirasa panel line sudah terekspose tanpa whasing. Dan dari beberapa referensi gambar TS-2701 tampak pesawat ini bersih mulus, panel line tidak mencolok. Proses langsung ke penempelan decal. Sebelum tempel decal, kit disemprot dengan cat clear glos. Setalah rata dan kering decal ditempel dengan bantuan decal softener (Tamiya Mark Fit). Final coat disemprot dengan Tamiya Clear Glos campur Flat base dan setitik Tamiya light grey.

Terakhir part-part kecil yang sebelumnya sudah dirakit (roda pendarat, kanopi, tutup roda, antena/sensor) dilekatkan ke tempatnya dan inilah Su-27 Flanker TNI AU tail number TS-2701 (langsung di display, belum sempet foto)

Tuesday, December 13, 2011

Hans Ulrich Rudel Sang Pembasmi Tank

Ace of the ace Nazi Jerman, Hans-Ulrich Rudel dilahirkan di Konradswaldau (Silesia), yang saat itu masih menjadi bagian dari Jerman, tapi kini telah berpindah tangan menjadi milik Polandia. Rudelp dibesarkan dengan berpindah-pindah dari satu paroki ke paroki Silesia lainnya. Rudel tidaklah istimewa dalam mata pelajaran di sekolahnya, walaupun sejak muda dia telah menunjukkan minat yang besar pada olahraga, dan dalam bidang inilah bakat Rudel yang utama. Setelah lulus dari Sekolah Menegah, dia segera bergabung dengan Luftwaffe (Angkatan Udara) pada bulan Agustus 1936 yang saat itu merupakan satuan Angkatan Bersenjata Jerman yang masih fresh karena baru didirikan setahun sebelumnya.

Setelah lulus dari Sekolah Penerbangan Luftwafe di Widpark Werder pada bulan Juni 1938 Rudel bergabung dengan unit Stuka Jerman (1./Stukageschwader 168) di Graz sebagai kadet perwira senior. Pada awalnya, Rudel terlihat mengalami kesulitan dalam beradaptasi terhadap teknik-teknik baru yang dipelajarinya. Sementara rekan-rekan seangkatannya telah terlatih penuh, Rudel Militer masih kesulitan mengejar ketertinggalannya, dengan akibat dipindahkannya Rudel ke bagian yang lebih mudah, yaitu pelatihan pilot reconnaisance (pengamatan, mata-mata) di Sekolah Terbang Reconnaisance di Hildesheim. Lulus dari pelatihan, Rudel selanjutnya ditempatkan pada skadron pesawat pengintai Fernaufklarungsgruppe 121 (Long Range Reconnaissance Group) yang bermarkas do kota Prenzlau.

Misi tempur yang pertama kali dijalani oleh Rudel adalah sebagai backseat di pesawat pengintai untuk memonitor ruang udara di atas Polandia dan Breslau ketika pasukan Jerman melancarkan serbuan ke Polandia pada September 1939. Atas prestasi penyerbuan ke Polandia tentara Jerman mendapat penghargaan Iron Cross Kelas 2 termasuk Rudel. Merasa kurang puas sebagai awak pengintai dan atas dorongan naluri untuk menjadi pilot tempur pembom, Rudel mengajukan lamaran ke sejumlah skadron pembom Luftwafe.

Keinginannya terkabul ketika dia ditempatkan di sekolah penerbang tempur yang berpangkalan di Crailsheim. Dan tidak lama kemudian pada bulan Mei 1940 ia ditempatkan di unit elit I/Sturzkampfgeswader 3 (StG 3) yang bermarkas di Kota Caen. Sebagai pilot yunior Rudel belum dikirim ke medan perang saat berkecamuk Battle of Britain. Ia bahkan dipindahkan ke unit I/Sturzkampfgeschwader 2 (StG 2) yang berpangkalan di Molaoi. Tapi lagi-lagi karena belum menunjukkan prestasi sebagai pilot tempur, ketika Luftwafe bertempur di wilayah Kreta, Yunani, Rudel masih belum diizinkan untuk misi terbang tempur.

Misi tempur sesungguhnya baru dijalani Rudel pada 23 Juni 1941 ketika Nazi Jerman menggelar Operasi Barbarossa untuk menguasai wilayah Soviet. Sebagai pilot pesawat pembom tukik Stuka, Rudel mulai menunjukkan kemahirannya bermanuver sehingga menjadi pilot paling jempolan di skadronnya. Ciri khasmanuver terbang tukik Rudel adalah menukik vertikal begitu rendah ke sasarannya. Manuver ekstremnya tersebut selalu berhasil menghantam tepat targetnya. Dan berkat manuver-manuver dan kill yang dibukukan Rudel mendapat penghargaan Cross First Class dan namanya menjadi pamor di unit StG 2.

Prestasi tempurnya makin hebat ketika pada 23 September 1941 berhasilmenjatuhkan bomnya tepat di bagian dek kapal perang Soviet Marat yang sedang berlayar di Teluk Finlandia. Akibat hantaman bom seberat 1 ton tersebut Marat harus dihela menuju Kronstadt Harbour untuk diperbaiki. Keesokan harinya pesawat pengintai Nazi berhasil memergoki Marat, segera pilot-pilot Stuka StG 2 mengudara dan melakukan pengejaran, termasuk Rudel. Setelah formasi tersebut menemukan Marat segera mereka membentuk formasi menyerang, sebaliknya dari bawah meriam anti pesawat Marat dan beberapa kapal lain memuntahkan pelurunya ke udara. Pertempuran berlangsung sengit, saat mendapat kesempatan segera Rudel melakukan manuver ekstremnya dengan cara menukik lurus menuju Marat, saat fisik sasarannya semakin jelas, backseater Alfred Schranowski segera mengaktifkan sistem pelepas bom otomatisnya. Beberapa detik kemudian bom seberat 2 ton pun meluncur menuju Marat. Ledakan hebat segera terjadi dan asap membumbung tinggi, hantaman bom yang tepat mengenai ruang amunisi tersebut menenggelamkan Marat.

Pada 10 Febriari 1943, ia menjadi pilot pertama dalam sejarah yang menjalani misi tempur sebanyak 1.000 kali, dan otomatis dirinya menjadi pahlawan nasional di mata rakyat Jerman. Dalam masa ini pula Rudel mulai menjalani peran barunya di "Panzerjagdkommando Weiss" yang dibentuk di Briansk sebagai "pembunuh tank" dengan pesawat Ju-87 versi G 2 'Stuka' yang telah dimodifikasi menjadi Panzerknacker (Penghancur tank) atau kanonenvogel (burung kanon). Ini sebenarnya hanyalah pemasangan dua Rheinmetall-Borsig 37mm (BK) Flak 18 guns (masing-masing dipasangkan dengan menggunakan kanopi khusus dibawah tiap sayap dengan 6 putaran amunisi) yang dikembangkan di markas eksperimen Luftwaffe di Rechlin (dekat Neustrelitz, Jerman), dengan prototipe digunakan untuk per tama kalinya untuk menghancurkan kapal-kapal pendarat (landing craft) Soviet di Laut Hitam. Disinilah Rudel menemukan bakat terbesarnya. Hanya dalam rentang waktu tiga minggu, Rudel telah berhasil menghancurkan 70 kapal semacam itu. Rudel pun tercatat menghancurkan tank pertamanya (dari sekian banyak tank yang kemudian dia 'lalap') dalam pertempuran di sekitar Belgorod bulan Maret 1943.

Kemampuan Rudel mengoperasikan Ju-87 G makin teruji ketika Hitler melancarkan Operasi Citadel yang didominasi duel ribuan tank dalam Battle of Kursks yang berlangsung pada Juli 1943. Dalam manuvernya Rudel terbang berputar-putar dibelakang barisan tank Soviet dan kemusian menukik menyerang dari arah samping di ketinggian rendah. Dari serangan tersebut Rudel berhasil melumpuhkan lebih dari satu tank sekaligus. Bahkan dalam satu hari aksinya mampu menghancurkan 12 unit tank atau sama dengan satu kompi tank. Kehebatannya tersebut membuat Rudel makin terkenal dan menjadi pahlawan bagi pasukan Nazi Jerman yang sesungguhnya mengalami kesulitan untuk memukul mundur pasukan Soviet. Atas prestasinya tersebut Rudel diangkat menjadi komandan wing dan memiliki keleluasaan membentuk skadron elite pembasmi tank Soviet, Stuka Fire Brigade. Skadron elite yang dipimpin Rudel itu langsung menunjukan hasilnya. Selama Nopember 1943, Stuka Fire Brigade yang melancarkan sebanyak 1500 sorti berhasil menghancurkan lebih dari 100 tank Soviet.

Pada tanggal 13 Maret 1944, ada kemungkinan bahwa Rudel telah bertempur melawan pilot legendaris Uni Soviet, peraih medali Hero of the Soviet Union, Lev Shestakov. Shestakov tidak kembali dari misinya dan sejak saat itu dicatat sebagai missing in action. Untuk hal ini, mari kita dengar langsung cerita dari Rudel:"Apakah dia berhasil ditembak jatuh oleh Gadermann (gunner belakang Rudel), atau apakah dia jatuh terkena efek dari gerakan berombak yang ditimbulkan dari pertempuran kami? Tak jadi masalah. Yang jelas, tiba-tiba headphoneku seakan berbunyi memekakkan telinga yang berasal dari teriakan kebingungan orang-orang Rusia di radio. Ternyatalah mereka memperhatikan pertempuran kami, dan pastilah sesuatu yang tidak biasa telah terjadi... Dari pesan yang disampaikan radio Rusia, barulah kami sadari bahwa pilot yang tadi kami hadapi bukanlah pilot biasa, malahan dia sangat terkenal di negaranya, penyandang penghargaan tertinggi. Untuk hal ini dia memang layak mendapatkan kredit. Dia pilot yang bagus.

Pada sorti tempurnya yang ke 1.800 kali, Rudel kembali menunjukkan ketangguhannya. Dalam sehari Rudel berhasil menghancurkan 17 tank Soviet dan atas prestasinya itu Hitler memanggilnya dan memberikan penghargaan tertinggi Diamonds Knight Cross. Untuk sementara Hitler sebenarnya melarang Rudel terbang lagi. Tapi Rudel menolak tawaran Hitler karena bagi dirinya lebih baik menyerahkan semua penghargaan jika tidak diizinkan terbang. Sampai musim panas 1944 pada misi tempurnya yang genap 2000 sorti, Rudel telah berhasil menghancurkan 300 tank musuh. Sepak terjangnya terus berlanjut, hingga sortinya yang ke 2400 telah berhasil menghancurkan 460 tank musuh. Kendati sempat tertembak dan terluka dia tetap turun di medan laga.

Pada 1 Januari 1945 di Markas Besar Nazi, Eagle Nest, Rudel menghadap para pertinggi Nazi seperti Kolonel Jenderal Alfred Jodl, Grand Admiral Karl Donitz, Field Marshall Wilhem Keitel, dan Imperial Marshal Herman Goring untuk menerima pangkat kolonel dan sekaligus menerima penghargaan paling tertinggi dan baru diberikan kepada satu orang, Rudel sendiri, Golden Oak Leaves with Sword and Diamond to the Knight Cross. Rudel semula menolak penghargaan itu, tapi Hitler yang paham maksud Rudel lengsung memerintahkan Rudel terbang tempur lagi mengingat posisi pasukan Nazi saat itu sudah makin terdesak.

Dengan menyandang pangkat kolonel, Rudel terbang tempur lagi dengan target menghancurkan tank-tank Soviet. Pada 8 Februari 1945, sebuah bom 40mm mengenai pesawatnya. Dia terluka sangat parah di bagian kaki kanan tapi berhasil mendaratkan pesawatnya di daerah yang masih dikuasai Jerman. Nyawanya berhasil diselamatkan oleh Observernya yang juga lulusan kedokteran, dokter med. Ernst Gadermann, yang berhasil menghentikan pendarahan. Tapi pada akhirnya, kaki Rudel harus diamputasi di bawah lutut. Dan dia masih tetap tidak mau menyerah, dia kembali ke front pada 25 Maret 1945, masih sempat menghancurkan tambahan 26 tank sebelum Jerman menyerah kalah. Rudel berusaha menghindari penangkapan pihak Soviet yang sangat dendam kepadanya dengan memimpin tiga Ju-87 Stuka dan empat Focke-Wulf 190 terbang ke arah barat keluar dari daerah yang diduduki Soviet dan melakukan perjalanan selama dua jam untuk kemudian menyerahkan diri pada pasukan pendudukan Amerika di Kitzingen pada 8 Mei 1945, markas Grup Pesawat Pemburu ke-405. Setelah mendarat, Rudel masih sempat-sempatnya memerintahkan pada anak buahnya untuk mengunci rem dan melepaskan landing gearnya agar pesawat yang mereka tumpangi tak dapat lagi dimanfaatkan oleh pihak Sekutu.

Catatan prestasi dan kemenangan Rudel yang gilang-gemilang : Menjalani 2.530 misi tempur dan berhasil merontokkan jumlah tak terkira dari targetnya (Rudel sendiri mengkalim 2.000 sasaran telah dihancurkannya!), termasuk 519 tank, 150 self-propelled gun, 70 kapal pendarat/assault craft, 4 kereta api baja, 800 kendaraan bermacam jenis, dan juga 9 pesawat udara (2 il-2 dan 7 pesawat pemburu, padahal ini bukan spesialisasi Rudel untuk melakukan dog-fight. Sasarannya dari pertama sampai terakhir tetaplah berada di darat!). Rudel juga tercatat berhasil menenggelamkan sebuah destroyer (kapal penghancur), dua cruiser (kapal penjelajah), dan satu battleship (kapal perang) kebanggaan Rusia, Marat. Begitu besar kehancuran yang ditimbulkannya terhadap Rusia, sehingga Stalin sendiri mengeluarkan hadiah gila-gilaan (100.000 Rubel) bagi siapa saja di antara tentaranya yang bisa membawa Rudel hidup atau mati ke hadapannya.

Hebatnya lagi, selama karirnya yang mengerikan itu, Rudel tidak pernah tertembak jatuh oleh pesawat lawan, hanya oleh artileri anti-pesawat udara Rusia. Jenis artileri tersebut memang menjadi momok bagi Rudel. Bayangkan saja, ia telah dipaksa mendarat darurat atau bahkan ditembak jatuh sebanyak 32 kali (beberapa kali malahan ia mendarat darurat di daerah musuh). Tapi dahsyatnya, Rudel selalu berhasil meloloskan diri dari maut yang seakan tidak bisa menjamahnya. Rudel tercatat terluka sebanyak 5 kali, dan juga pernah menyelamatkan enam orang sesama pilot temannya yang tertembak di wilayah musuh. Kebanyakan misi yang dilakoninya dilakukan di atas Ju-87 Stuka favoritnya, meskipun di akhir perang Rudel juga menerbangkan Fw-190 yang didesain khusus untuk menyerang target darat.

Pasca Perang Dunia II, Rudel pindah ke Amerika Selatan dan menjadi sahabat dekat Presiden Argentina Juan Peron dan Diktator Paraguay Alfredo Strossner yang masih sepaham dengan pandangan politik Hitler. Tahun 1953, dia kembali ke Jerman Barat dan menjadi tokoh partai yang masih mempunyai pandangan politik seperti Nazi, Grerman Reich Partai. Kegiatan politik Rudel terus berlangsung hingga tahun 1980-an. Pilot legendaris itu meninggal di Kota Rosenheim pada 1982 dan dimakamkan di kawasan Dornhausen pada 22 Desember. Dua pesawat Phantom milik AU Jerman Barat melakukan terbang flypast untuk menghormatinya.

Sumber : Majalah Angkasa

Monday, November 21, 2011

Project MiG-17 Fresco AURI Part 2

Review Hobby Boss 1/48 scale MiG-17F Fresco C
Saya akuisisi kit ini dari http://www.luckymodel.com/ dengan total harga $27.47 terdiri dari $20.99 harga kit dan $6.48 ongkos kirimnya. Order tanggal 5 Nopember 2011 2 minggu kemudian sekitar tanggal 21 Nopember sudah nyampe di tangan saya. Malam setelah pulang kantor segera saya buka dus paket warna coklat. Standard packing luckymodel yang bagus, kit dilindungi dengan plastik berisi udara untuk melindungi dari guncangan dan tekanan. Kit ini keluaran terbaru MiG-17 dari Hobby Boss, dari box dapat diketahui kit ini diproduksi tahun 2008.
Kit terdiri dari kurang lebih 5 sprue berwarna abu-abu dan 1 sprue clear, semua terbungkus plastik. Permukaan kit sudah recesed. Kokpit lumayan detail dengan tombol-tombol avionik raised dan sederhana, dengan pertimbangan tidak terlalu terekspose saat kit sudah jadi, hal tersebut tidak masalah. Tersedia full mesin dengan detail yang bagus, tetapi petunjuk dari buku manual mesin harus dilem di fuselage dan akan tertutup, tidak terekspose maksimal. Decal tersedia untuk 3 opsi marking, AU Vietnam Utara, AU Soviet dan AU Jerman Timur. Decal set tidak akan saya pergunakan. Manual perakitan bagus dengan petunjuk yang jelas dan detail. Tersedia juga petunjuk pemasangan decal dan painting yang tercetak berwarna, serta petunjuk nomor seri cat dari beberapa merk yang dipergunakan.




Secara keseluruhan akan sangat menantang bagi saya untuk membangun kit ini, tak sabar untuk segera memulainya. Tapi box ini akan saya simpan di lemari dulu, karena saat ini saya sedang konsen di Flanker TS-2701 dulu.

Tuesday, November 1, 2011

Plan For My MiG-15 UTI AURI


Sampai pertengahan 1950-an, diketahui AURI sudah mempunyai 30 MiG-15 UTI yang tiba di Lanud Kemayoran dari Chekoslovakia sejak 14 Agustus 1958. Pesawat bertempat duduk ganda ini didatangkan dengan fungsi sebagai pesawat latih. Beberapa pilihan merk untuk membuat kit ini adalah :
Hobby Boss skala 1/72, dari luckymodel, bandrol $5.99


KP Models UTI MiG-15 Midget in Vietnam War skala 1/72, sumber luckymodel, bandrol $7.99.


Trumpeter skala 1/48, luckymodel dengan harga $19.99 atau plaskit Rp.220.000

Karena proyek saya koleksi pesawat AURI 1/48 maka plan saya memakai Trumpeter 1/48. Belanjanya, kalo luckymodel bisa ngutang, plaskit harus tunai, kita lihat aja nanti gimana anggaran saya.
Untuk referensi ada beberapa gambar dan marking hasil gogling internet (Wings Palette).
Dari modelkit.org saya baru tau ternyata di Nganjuk ada monumen MiG-15, kalo ndak salah di depan Gedung Juang. Kapan-kapan kalo sempat saya akan visit untuk mengambil beberapa gambar.
Saya akan post lagi untuk kelanjutan project ini.

Friday, October 21, 2011

P-51D Mustang Si Kuda Liar

P-51D Mustang masuk ke dalam kekuatan Skadron Udara 3 dan kemudian menjadi salah satu kekuatan (pemburu) yang berpangkalan di Cililitan. Sebagai unsur utama skadron pemburu, Mustang alias Kuda Liar sering terlibat dalam berbagai operasi penumpasan konflik di dalam negeri. Pesawat satu ini boleh disebut memiliki banyak jasa dalam masa rekonsiliasi nasional yang ditandai dengan banyaknya gerakan-gerakan anti pemerintah pusat di daerah. Mulai dari Pekanbaru, Padang, hingga Manado.

Dengan kelincahan manuvernya, pesawat yang dijuluki “Cocor Merah” ini banyak membantu gerakan pasukan darat dan laut dalam berbagai operasi. Salah satunya di Sumatera tahun 1955 dalam penumpasan PRRI. Operasi lainnya meliputi Operasi Sapta Marga di Medan tahun 1958. Lanjut pada 17 Maret 1958, P-51D melaksanakan serbuan terhadap kedudukan PRRI. Dilanjutkan operasi untuk membebaskan Kota Pekanbaru dan Padang. Kala itu AURI menyiapkan hingga 40 pesawat yang merupakan hampir seluruh kekuatan yang ada dan dipusatkan di Tanjung Pinang.

Karena ketika itu terjadi dua trouble spot di Sumatera dan Manado, setelah menyelesaikan misi di Padang, Mustang segera dikirim ke Ambon untuk memukul gerakan Permesta di Manado. Diberi nama Operasi Merdeka, AURI bergerak cepat membungkam radio Permesta di Manado, merebut keunggulan udara di Mapanget, Tasuka, Morotai, Jailolo. Ketika itu kemampuan pilot-pilot AURI sungguh mengagumkan dengan dimotori oleh Loe Watimena, seorang pilot legendaris dalam sejarah TNI-AU.

Tak Lama istirahat setelah habis-habisan di Manado, pecah lagi konflik di Irian Barat dengan Belanda. Presiden Soekarno pun meneriakkan kampanye melawan Belanda yang kemudian dinamai Operasi Trikora dalam rangka membebaskan Irian barat dari cengkeraman Belanda. Dalam operasi ini disiapkan tujuh P-51D sebagai unsur serang.

Dalam perkembangannya ketika AURI mulai memasuki era jet, keberadaan Mustang di Halim mulai dipersiapkan untuk dipindahkan. Tepatnya pada Juli 1962, Skadron 3 dipindah ke Lanud Abdulrahman Saleh Malang. Seiring waktu, tingkat kesiapan Mustang pun mulai menurun. Sebagian besar disebabkan oleh musibah yang dialami di medan tugas dan kecelakaan dalam latihan. Sampai akhirnya Mustang harus mengakhiri masa pengabdiannya di AURI pada tahun 1975, dan posisinya di skadron digantikan oleh OV-10 Bronco.

Kit Tamiya 1/48 F-51D Mustang

Kit ini Tamiya ini saya jadikan basic pembuatan koleksi Mustang AURI saya. Marking buatan sendiri dengan masking tape, mencontoh dari decal produksi Dutch Decal. Selain itu kit dibuat out of the box, sesuai dengan box tanpa bahan aftermarket. Sesuai dengan harganya kit ini sangat berkualitas. Dengan panel line recesed, kokpit yang detail kit ini sangat menantang untuk dibangun. Tahap pengerjaan sesuai dengan proses perakitan kit sebelum-sebelumnya. Ini kita pertama saya dengan Natural Metal Finish (badan pesawat tidak di cat), sya gunakan Enamel Tamiya Chrome Silver. Dan yang lebih menantang,karena sayang untuk menggunting-gunting decal, maka peswat ini markingnya tanpa decal tetapi dengan buatan sendiri. Secara keseluruhan kiti ini punya kualitas dan hasil akhir sesuai dengan harapan saya.